Skip to main content

Ketika Jadwal Kacau

Pagi ini diawali dengan kekacauan. HP yang biasa saya pakai untuk weker ternyata tidak bekerja, bahkan jamnya pun kacau, beda 3 jam dari yang sebenarnya. Padahal, jam 1 (menurut jam HP saya, berarti di real life seharusnya jam 4) saya sudah bangun, tapi karena jam masih menunjukkan jam 1 maka saya tidur lagi, karena rencananya saya akan bangun pukul 3 atau paling lambat pukul 4.

Pukul 3 (menurut jam di HP saya), saya terbangun lagi karena bunyi pagar dan suara rutinitas tetangga sebelah rumah saya yang akan berangkat berjualan makanan. Saya mulai curiga kalau jam saya kacau, masak siy tetangga saya buka lapak jam 3 subuh? Akhirnya saya lihat jendela... dan O-o... matahari sudah terang benderang!

Segala pikiran negatif pun berkecamuk, amarah pun tak terbendung. Begitulah saya jika kekacauan jadwal terjadi. Saya terbiasa dengan rutinitas, tidak enak rasanya jika tidak sesuai jadwal. Saya pun bergegas mandi dan berencana segera ke pasar. Ya, jadwal hari ini padat, kerjaan banyak, ditambah dengan janji interview dengan sebuah koran lokal.

Di kamar mandi saya menyadari bahwa setiap aktivitas saya itu saya yang pegang kendali dan Tuhan yang menentukan hasilnya. Bukan.. bukan Tuhan yang menentukan jalan saya, tapi kalau saya membutuhkan bimbinganNya, Dia akan dengan senang hati membimbing saya dalam menentukan jalan yang ingin saya tempuh hari ini. Saya punya keinginan tiap hari berjalan dengan baik, berakhir dengan baik pula. Maka saya harus memilih jalan yang baik pula. Dengan bimbinganNya saya menyingkirkan pikiran negatif. Saya mulai memersuasi diri sendiri, men-courage segala kebaikan, saya katakan :

"Pergilah kau pikiran negatif, karena tak ada ruang dalam pikiranku untukmu, segala ruang bahkan sudut-sudut pikiranku dipenuhi oleh tamu-tamu kebaikan. Kau tamu negatif, pergilah, cari tempat lain, bukan di pikiranku"

Maka, pagi ini aku jalani jalanan menuju pasar dengan suasana hati yang berbeda, diringi sapaan ceria dari tetangga dan anak-anak tetangga. Langit pun seakan memahami dan memberi saya secuil keceriaan melalui mendungnya, menghindarkan saya dari sengatan matahari pagi yang sebenarnya kurang saya sukai... heheheee...

Thanks untuk semuanya, alamku... thanks Tuhan untuk segala kebaikan

Comments

Popular Posts