Skip to main content

Featured

Part 1 Caregiver Life: Indera Ke-6 Mamiku

Sekitar pertengahan Juli kami mendengar kabar yang kurang menyenangkan. Izinkan aku memulai cerita dari sehari sebelumnya, waktu itu mamiku bilang ke aku dengan wajah serius, "Nik, oma Ewet tuh kondisinya yak apa?" "Ya gitu deh, hasil lab masih belum keluar," jawabku. "Kenapa Oma?" aku tanya balik ke mami, karena merasa heran, tumben dia nanya kondisi besannya. "Tadi malam mami mimpi lihat oma Ewet di-make up cantik sekali, rambutnya pakai kayak bunga-bunga gitu. Trus ada keluarganya kumpul-kumpul semua, mami bantu jaga anak-anak kecil keluarganya oma Ewet," kata mami serius. "Wah, kita doakan aja semoga gak ada apa-apa," kataku mulai kawatir. "Iya," sahut mami, lalu kami pun melanjutkan kesibukan kami masing-masing. Mami tuh ibu kandungku, dia tinggal bersamaku. Dia termasuk orang dengan sixth sense. Sudah banyak firasat yang dia dapat itu terbukti benar. Dulu ketika aku hamil, dia tahu duluan sebelum aku kasi tahu, setelah d

Cerita Sana-sini Tentang Memberi


Udara di daerah rumah saya akhir-akhir ini sangat panas. Sebagai ilustrasi betapa panasnya udara di sini, kalau tidur lalu bangun tengah malam untuk sekedar minum, wuih... langsung seluruh badan terasa panas.

Apalagi rumah kami tidak ber-AC. pasang 2 kipas angin besar pun seringkali tidak bisa mengatasi panasnya. Duh saya benar-benar merindukan hujan.

Padahal kalau hujan pun ada masalah baru : atap bocor. hhmmm... benar-benar masalah di segala musim.

Tapi haruskah saya mengeluh terus? Saya mencoba untuk tidak mengeluh, karena hidup seperti ini adalah pilihan saya, hidup tanpa AC dan tinggal di rumah ini. Walaupun begitu sesekali keluhan ini keluar juga.

Padahal masih banyak orang yang hidupnya lebih susah daripada saya. Jangankan begitu, orang yang lebih banyak memiliki materi pun masih juga tidak bersyukur kok. Ini memang sifat dasar manusia. Tapi demi memelihara sikap hidup yang lebih baik saya memilih untuk tidak
mengeluh.

Saya ingat seorang teman yang seusia dengan saya pernah berkata, ¨Di usia sekarang ini orientasi telah berubah, menjadi selalu ingin memberi.¨ Betul juga perkataan teman ini. Saya pun merasakannya. Saya merasa selalu ingin memberi, tidak seperti dulu yang pemikirannya
hanya mencari dan menerima materi.

Tidak mengeluh adalah juga memberi. Kalau kita mengeluh, kita memberi nuansa negatif bagi lingkungan. Negatif berarti mengurangi, bukan menambah. Tapi kalau kita tidak mengeluh, kita memberi energi positif bagi lingkungan, itu berarti menambah. Itu baik kan... apalagi jika
kita bisa mengingatkan teman tentang pilihan dan konsekwensi mengeluh-tidak mengeluh ini.

Kadang saya pikir anak saya memiliki sikap yang lebih baik daripada saya, dia tidak pernah mengeluh kecuali mengeluh haus dan lapar ketika sedang berjalan-jalan. Dia juga tidak pernah mengeluh tentang kepanasan atau kedinginan. Berbeda dengan kita yang sering mengeluhkan perilaku anak-anak, anak-anak itu tak pernah mengeluh tentang perilaku orang tuanya.

Tak salah lagi suatu ungkapan yang menyatakan bahwa : tirulah sikap anak-anak (bukan kekanak-kanakan) jika ingin bahagia. Anak-anak itu tulus, ceria, mudah memaafkan, penyayang, dan memiliki inisiatif yang baik. Anak-anak adalah guru yang sangat baik.

Comments

Popular Posts