Skip to main content

Memperbaiki Metabolisme Tubuh Untuk Mendapatkan Berat Badan Normal

Sudah beberapa bulan ini saya tercengang dengan berat badan saya. Ketika ibu-ibu lain sibuk berdiet untuk mengurangi berat badan, saya malah kebingungan karena kehilangan berat badan secara konstan.

Tapi setelah saya pikir-pikir, rupanya gaya hidup saya berperan dalam penurunan ini. Mmm... bukan... bukan... bukannya saya mengurangi makan, bekerja terlalu lelah, bukan itu. Saya juga tidak sedang sakit. Kalau sakit saya pasti lesu dan tampak tak bergairah.

Begini, peningkatan berat badan saya dimulai sejak saya kuliah. Waktu SMA, saya berberat badan 55 kg secara konstan. Kuliah saya mulai gemuk, krn dimasa kuliah sudah tidak rutin olah raga, lalu ketika pacaran kami sering makan junk food. Lulus kuliah lebih parah lagi, saya kerja kantoran.

Di kantor saya selalu sedia camilan atau ditraktir camilan oleh teman saya. Pulang kantor sudah hampir malam, saya pun beli gorengan (tahu isi, ote-ote, singkong goreng, dll). Lalu seringnya mampir ke warung nasi bebek dan makan di sana karena sudah terlalu capek untuk masak makan malam. Nah, dari sini sudah tampak berapa banyak lemak yang saya konsumsi, berapa banyak minyak bekas (bekas menggoreng berkali-kali, minyak seperti ini kandungan kolesterolnya sangat tinggi jika dibandingkan minyak goreng yang baru) yang saya makan.

Hasilnya, dari berat badan 55 kg itu berat badan saya naik hingga 70 kg! Dan sewaktu gemuk inilah saya menikah (syukurlah pacar saya masih mau menikahi saya dalam kondisi tubuh gemuk! Hehehe...).

Lalu dua tahun kemudian saya hamil dan melahirkan. Puncak kehamilan berat badan saya 82 kg. Tapi dimaklumi karena saya hamil. Setelah melahirkan turun lagi menjadi 70 kg. Masih tampak gemuk! Hehehe...

Memiliki bayi dan mengasuhnya sendiri tak membuat saya jadi kurus. Gaya hidup saya waktu itu kacau lagi, karena di malam hari saya harus bangun untuk menjaga bayi saya yang cenderung bangun di malam hari. Dan karena tak tidur-tidur juga hingga tengah malam saya jadi gampang lapar, dan saya pun makan serta nyemil di malam hari.

Anak saya sudah besar, saya masih belum bisa menurunkan berat badan. Waktu itu saya bahkan senam sendiri di rumah. Oiya, waktu itu saya punya pembantu untuk meringankan pekerjaan rumahan saya karena ada bayi. Yah tetap saja berat badan tak kunjung turun. Waktu itu saya masih sering tidur larut malam, karena mengikuti pola tidur anak yang juga masih kacau.

5 tahun kemudian pola tidur anak saya mulai stabil. Dan saya masih pakai pembantu. Di masa ini saya masih belum berani sering-sering lihat timbangan... hehehe... ngeri lihat angkanya!

Ketika anak berusia 7 tahun saya mulai melepas pembantu saya. Nah inilah awal segalanya. Dari pagi sampai siang saya : mencuci baju, memasak, cuci piring, nyapu-ngepel, bersih-bersih kamar mandi, nyapu halaman dan jalan depan rumah, menyiram tanaman, mengangkat air dari
halaman belakang ke kamar mandi (kami tak memakai pompa air, menyiram tanaman pun kami pakai ember), belum lagi kalau ada pesanan kue, saya kerjakan sendiri. Proses belajar anak saya yang homeschool pun makin beragam dan meningkat intensitasnya. Sementara itu pekerjaan sebagai editor, penulis, pengelola komunitas, tetap berjalan seperti biasa.

Hasilnya siang hari saya selalu mengantuk, kelelahan, saya memutuskan untuk menuruti alarm tubuh saya, dan saya pun tidur siang. Malam hari pukul 09.00 saya juga sudah kelelahan. Dan saya pun mengajak anak dan suami untuk tidur malam pukul 09.00 padahal bagi beberapa teman jam sekian ini adalah waktunya "hidup".

Kebiasaan ini membuat saya makan hanya 3 kali, makan snack hanya sekali. Selain itu, punya anak membuat paradigma saya terhadap makanan berubah drastis. Makanan harus sehat! Karena saya tak ada waktu untuk masak macam-macam, saya pun makan makanan yang sama dengan anak, yaitu makanan yang sangat sehat!

Nah, gaya hidup saya berubah, apalagi ketika saya memutuskan untuk menerapkan prinsip :
  • Makan sedikit-sedikit tapi sering (sehari saya bisa makan sampai 5 kali)
  • Makan jangan sampai kenyang (bukan kekenyangan lo...)
  • Menggoreng tidak pakai minyak bekas
  • Hindari jajan gorengan dan junk food
  • Porsi makan ala Ade Rai : karbohidrat sekepalan tangan, protein setelapak tangan, dan sayur sebanyak mungkin (ini juga saya terapkan ke anak).
  • Istirahat yang cukup. Percayai alarm tubuh. Ketika tubuh bilang lelah, beristirahatlah. Ketika lapar, makanlah. Kalau alarm tubuh ini tidak dituruti (misalnya seperti menahan rasa lapar hanya untuk berdiet, mengurangi jam tidur supaya kurus), akibatnya metabolisme tubuh akan kacau, dan salah satu efek negatifnya adalah penumpukan lemak (kegemukan).

Dengan pola hidup baru ini, tanpa olahraga atau diet secara khusus pun berat badan saya menurun terus. Puji Tuhan yang membuat saya bergerak mengatur kebersihan rumah dan operasionalnya, puji Tuhan yang sudah memberi alarm-alarm tubuh ini untuk diikuti.

Sekarang saya memiliki berat badan normal hampir seperti ketika SMA dulu (57 kg dengan tinggi 165 cm) tanpa diet obat-obatan tanpa diet makan gula (ada penganut diet dengan cara : minum air gula 1 gelas, supaya lambung terasa eneg dan tidak selera makan), tanpa diet serat khusus (dengan suplemen serat). Saya bisa tetap makan dengan bebas segala makanan sehat kesukaan saya sampai 5 kali sehari! Hanya dengan memperbaiki gaya hidup, mendengarkan alarm-alarm tubuh, yang membuat metabolisme tubuh saya membaik dan secara otomatis membakar lemak berlebih, efeknya berat badan kembali normal. EH saya bahkan dapat bonus : lengan saya gempal karena angkat ember terus tiap hari :)) .

Comments

Popular Posts