Skip to main content

Featured

Part 1 Caregiver Life: Indera Ke-6 Mamiku

Sekitar pertengahan Juli kami mendengar kabar yang kurang menyenangkan. Izinkan aku memulai cerita dari sehari sebelumnya, waktu itu mamiku bilang ke aku dengan wajah serius, "Nik, oma Ewet tuh kondisinya yak apa?" "Ya gitu deh, hasil lab masih belum keluar," jawabku. "Kenapa Oma?" aku tanya balik ke mami, karena merasa heran, tumben dia nanya kondisi besannya. "Tadi malam mami mimpi lihat oma Ewet di-make up cantik sekali, rambutnya pakai kayak bunga-bunga gitu. Trus ada keluarganya kumpul-kumpul semua, mami bantu jaga anak-anak kecil keluarganya oma Ewet," kata mami serius. "Wah, kita doakan aja semoga gak ada apa-apa," kataku mulai kawatir. "Iya," sahut mami, lalu kami pun melanjutkan kesibukan kami masing-masing. Mami tuh ibu kandungku, dia tinggal bersamaku. Dia termasuk orang dengan sixth sense. Sudah banyak firasat yang dia dapat itu terbukti benar. Dulu ketika aku hamil, dia tahu duluan sebelum aku kasi tahu, setelah d

Masuk Hall Of Fame Dalam World Spelling Games - World Education Games

Pandu H dari Team Indonesia adalah anak saya ^_^

Ini adalah kelanjutan dari postingan sebelumnya yaitu tentang Mengikuti Kompetisi Tingkat Dunia Untuk Pertama Kalinya. Pagi ini anak saya melihat bagian "Hall Of Fame" di website kompetisi World Educational Games yang dia ikuti untuk World Spelling Day dan World Math Day. Saya jelaskan padanya tentang Hall Of Fame ini, yaitu kumpulan 100 nama peserta dengan prestasi terbaik.

Tak saya duga, Pandu ternyata sangat berambisi memasukkan namanya di Hall Of Fame tersebut! Dia memiliki motivasi internal untuk berkompetisi! YA! Ini sebetulnya yang dia butuhkan untuk bertahan, menghadapi masalah dan soal, mengatasi ketakutannya sendiri, mengatasi kepanikannya sendiri.

Di awal usahanya, anak saya masih mengalami suatu kepanikan yang mengakibatkan kesulitan untuk berpikir. Waktu itu dia berhadapan dengan anak dari Jepang dalam math. Dalam pemikirannya, orang Jepang adalah orang yang cerdas. Tapi saya katakan TIDAK! Tidak semua orang Jepang lebih cerdas daripada orang Indonesia, dan tidak semua orang Indonesia lebih bodoh daripada orang Jepang.

Saya lalu memberi tips pada anak saya : "Tidak semua orang Jepang lebih cerdas daripada kau. Kau dan orang Jepang itu sama-sama masih belajar. Just do your best! Lakukan perhitunganmu, tak perlu kau toleh orang Jepang itu, dan kau akan lihat bahwa kau tidak lebih bodoh daripada orang Jepang!" Dan benar, pada kompetisi selanjutnya, Pandu berhadapan dengan anak Jepang yang sama, namun bisa berhasil mengalahkannya!

Begitu pun dalam spelling, Pandu bahkan bisa mengalahkan peserta yang bahasa ibunya adalah bahasa Inggris! Bahkan dia berhasil masuk ke Hall Of Fame untuk World Spelling Day terlebih dahulu. Dalam menjawab tiap pertanyaan saya tidak membantu anak saya, hanya mendampingi duduk di sebelahnya. Yang luar biasa, saya bahkan terkagum-kagum dengan kemampuan listening (yang dibutuhkan dalam kompetisi spelling) Pandu yang tak terduga. Sebab, kami tidak membiasakan Pandu dengan bahasa Inggris dalam pergaulan sehari-hari. Hanya dalam belajar formal bahasa Inggris saja kami menggunakan bahasa Inggris. Kemampuan English anak saya memang banyak didapat dari film edukasi semisal yang sering ditayangkan di NatGeo Wild atau Animal Planet, atau BBC Knowledge.

Itulah berkat-berkat yang kami dapat dari belajar berkompetisi ini. Kami bangga dengan motivasi internal yang berhasil dikembangkan Pandu. Bahkan Kedua Oma dan Opanya pun bangga. Senang sekali dengan pencapaian sikap mental berkompetisi yang baik ini, walaupun masih tetap harus dikembangkan. Perjalanan masih panjang.

Comments

Post a Comment

Popular Posts