Skip to main content

Featured

Part 1 Caregiver Life: Indera Ke-6 Mamiku

Sekitar pertengahan Juli kami mendengar kabar yang kurang menyenangkan. Izinkan aku memulai cerita dari sehari sebelumnya, waktu itu mamiku bilang ke aku dengan wajah serius, "Nik, oma Ewet tuh kondisinya yak apa?" "Ya gitu deh, hasil lab masih belum keluar," jawabku. "Kenapa Oma?" aku tanya balik ke mami, karena merasa heran, tumben dia nanya kondisi besannya. "Tadi malam mami mimpi lihat oma Ewet di-make up cantik sekali, rambutnya pakai kayak bunga-bunga gitu. Trus ada keluarganya kumpul-kumpul semua, mami bantu jaga anak-anak kecil keluarganya oma Ewet," kata mami serius. "Wah, kita doakan aja semoga gak ada apa-apa," kataku mulai kawatir. "Iya," sahut mami, lalu kami pun melanjutkan kesibukan kami masing-masing. Mami tuh ibu kandungku, dia tinggal bersamaku. Dia termasuk orang dengan sixth sense. Sudah banyak firasat yang dia dapat itu terbukti benar. Dulu ketika aku hamil, dia tahu duluan sebelum aku kasi tahu, setelah d

Bahagia Itu...

Orang menunggu datangnya hari Jumat,
Datangnya waktu gajian,
dan datangnya waktu untuk bahagia.
Tapi apa sebenarnya bahagia itu?



Kalau melihat dari definisi bahagia di kamus-kamus, bahagia diartikan sebagai suatu keadaan mental emosional yang baik, nyaman, dan sukacita. Banyak orang merasa tidak bahagia karena banyak sebab, banyak pula orang yang biasanya merasa bahagia lalu tiba-tiba kehilangan kebahagiaannya.

Jika dikatakan kebahagiaan adalah diatur oleh diri kita sendiri, jika dikatakan kebahagiaan ada dalam diri kita sendiri, lalu, mengapa tiba-tiba kebahagiaan kita bisa terenggut, seperti hilang begitu saja ketika ada sebuah kejadian menimpa kita? Dan ketika itu, dipaksakan bagaimana pun sulit rasanya untuk bahagia.

Manusia merasa bahagia ketika mereka memiliki arti dalam hidupnya, ketika mereka berguna untuk keluarganya, dan orang-orang lain. Ini adalah bahagia yang timbul dari rasa memiliki.

Manusia merasa bahagia ketika mereka berguna untuk diri sendiri, ketika meraih sebuah prestasi. Ini adalah suatu pencapaian dari aktualisasi diri.

Manusia juga akan merasa bahagia jika mereka bisa memaknai hidup. Mengecap kenikmatan makanan sederhana yang terhidang di rumah. Menikmati sentuhan anak, menikmati sengatan matahari dan bersyukur karena sensasinya, menikmati proses belajar walaupun berulang kali gagal tanpa frustrasi, menikmati setiap pelukan dari suami, menikmati suara hewan-hewan liar di sekitar rumah.

Lalu, bagaimana manusia yang tidak bahagia? 
Manusia yang tidak bahagia cenderung melihat jauh keluar dirinya, menetapkan sasaran yang tidak rasional untuk dicapainya, hingga menimbulkan frustrasi dan depresi.

Manusia yang tidak mudah berbahagia biasanya tidak bisa bersyukur dengan hal-hal kecil yang ada di dekatnya.

"Apakah saya sudah bahagia?"
Masa sekarang ini, sangat mudah jika ingin menganalisa kebahagiaan seseorang: bacalah postingan-postingannya di media sosial! Apakah orang yang gemar menebar galau adalah orang yang bahagia? Apakah orang yang gemar mengutuk pihak lain adalah orang yang bahagia? Apakah orang yang gemar posting amarah adalah orang yang bahagia?

Tapi, selain menilai orang lain, mari melihat ke dalam diri sendiri, sudahkah kita bahagia?
Kembangkan senyum, nikmati hal-hal sederhana yang dekat dengan kita. Tebarkan banyak manfaat bagi orang lain. Jika galau, kirimkan galau itu hanya pada Allah saja dalam doa tiap saat.

Selamat Hari Kesehatan Mental Nasional!

Comments

Popular Posts