Skip to main content

Eksperimen Hidroponik - Awalnya

Judulnya serem ya... kayak artikel ilmiah gitu... padahal tidak ilmiah-ilmiah banget. Hanya ingin berbagai proses belajar otodidak dari membaca website, sharing dengan sesama hidroponikers, dan hasil mikir-mikir sendiri.

Sudah lama saya tertarik dengan cara tanam hidroponik. Tapi baru punya keberanian setelah mengunjungi rumah seorang teman di Malang. Awalnya saya pikir hidroponik itu serem... harus pakai paralon-paralon gitu. Padahal saya gak bisa bertukang, apalagi melubangi paralon dengan bor... waduh bisa-bisa ada yang cedera tuh! Tapi setelah melihat hidroponik yang dikembangkan oleh teman saya ini dengan alat seadanya, saya jadi agak percaya diri (thanks alot ya Krist!).

Lalu saya mulai melakukan pembenihan. Saya mulai dengan caisim. Konon, caisim itu tanaman sayur tercuek, mau ditanam di kondisi apapun dia ok. Saya lakukan pembenihan hanya dengan kapas, karena di toko tanaman terdekat dengan rumah tidak tersedia rockwool (RW). Sementara itu saya order nutrisi AB Mix secara online. Beginilah pembenihan caisim yang saya lakukan, setelah merendamnya dalam kapas basah, saya tutup dengan kresek hitam supaya gelap. Ruang yang gelap akan mempercepat perkecambahan, dalam 12 jam saja biji telah sprout (berkecambah).


Setelah itu langsung dijemur di matahari mulai jam 7-10, sambil terus dijaga kuantitas airnya supaya tidak kekeringan. Tapi sayangnya, caisim saya agak kutilang (kurus, tinggi, langsing) karena pada masa-masa penjemuran awal ini saya sering keluar rumah siang hari, sehingga sekitar jam 9 sudah saya masukkan ke dalam rumah. Namun seorang teman hidroponikers menyarankan untuk tetap memelihara walau agak kutilang, masih bisa diperbaiki, begitu menurut dia.

Beberapa hari kemudian pupuk AB Mix pesanan saya tiba di rumah. Setelah membaca aturan pakainya saya jadi bingung cara penyimpanan pupuk yang sudah dicairkan. Masing-masing pupuk, yaitu pupuk A dan pupuk B, semua harus dilarutkan dalam 5 liter air secara terpisah. Lha... saya tidak punya wadah jerigennya! Lalu saya pasang status di facebook, dengan maksud menanyakan harga jerigen 5 literan. Tak disangka, ada seorang teman menawarkan untuk memberi secara gratis 2 jerigen berukuran 2.5 liter! Asyiiiiik... terima kasih ya kawan ^_^

Pupuk satu kemasan itu pun saya bagi 2, karena seharusnya dicairkan dalam 5 liter air, namun saya hanya punya wadah yang bisa menampung 2.5 liter. Anak saya membantu membuat larutan pupuk ini dan memasukkannya ke dalam jerigennya.


Acara kami lanjut dengan memindahkan bayi-bayi tanaman ke dalam media tanam dan wadah hidroponiknya. Saya memakai wadah seadanya di rumah. Hidroponik saya sistem wick (sumbu), sumbunya saya buat dari perca flanel sisa bikin flanel craft, sedangkan wadahnya saya pakai netpot buatan sendiri dari bekas cup puding kecil-kecil yang saya lubangi bawahnya untuk lewatnya sumbu flanel, dan lubangi sampingnya untuk sirkulasi udara di media tanam.

Lalu, seperti biasa orang yang ingin pamer... saya upload fotonya ke facebook, dan mendapat sambutan meriah dari teman-teman, diantaranya ada yang tertarik untuk ikut bercocok tanam secara hidroponik. Tanpa ragu saya mengiyakan keinginan mereka dengan mengirim benih sayuran secara gratis, mengupayakan swasembada pangan dan menghijaukan bumi dengan menambah kadar oksigen dalam atmosfir... asyik kan... ^_^



Comments

Popular Posts