Skip to main content

Akar vs Kaki


Ada sebuah test psikologi, yang meminta klien untuk menggambar rumah-pohon-manusia (House Tree Person), ada juga yang meminta hanya menggambar pohon, dan ada juga yang hanya meminta untuk menggambar manusia. Dari proses menggambar dan dari gambarnya sendiri bisa dianalisa mengenai kepribadian penggambarnya. Coretan yang dibuat, komposisi, bagian-bagian yang dirasa paling sulit untuk digambar, semua itu mencerminkan arti pribadi penggambarnya. Bukan keindahan gambar yang dinilai. Bukan.

Saya pernah main-main test ini ketika dalam macet panjang di jalur Porong-Sidoarjo, tapi tidak digambar, hanya diimajinasikan saja. Eh suasana tiba-tiba jadi meriah, tidak ada yang ngantuk lagi. Ini  menunjukkan kalau penggalian aspek kepribadian itu adalah aktivitas yang sangat menarik. Kalau tidak demikian, maka peramal dan aplikasi test kepribadian tentu tidak laku.

Tubuh manusia itu punya bagian-bagian yang memiliki kesamaan dengan pohon, bukan dari anatominya, tapi dari fungsinya. Saya tidak bisa katakan secara detail di sini, karena akan terlalu banyak. Salah satunya adalah kaki, yang sama dengan akar.

Kaki berfungsi sebagai tempat berpijak. Kalau kaki tak bisa berpijak dengan baik maka orang tersebut tidak akan bisa berdiri dengan tegak pula. Demikian juga akar. Kalau akar digambarkan sebagai akar yang tampak rapuh dan mudah tercerabut, atau bahkan tak digambarkan akarnya, maka tanaman pun tidak bisa tegak.
Apa artinya? Masa lalu seseorang, sebagai pondasi bagi berdirinya dia di masa sekarang, itu menentukan bagaimana seseorang itu memandang dunia, apakah sebagai tempat yang menyenangkan, apakah dia mantap memandang posisinya di dunia ini, apakah dia merasa selalu terancam hingga butuh selalu mempertahankan diri. Semua ini terbaca jelas dalam penggambaran akar atau kaki tersebut, sebagus dan seindah apapun si kaki dan akar dipoles dalam keahlian menggambar.

Saya sebagai ibu, ingin memberikan pondasi yang baik bagi anak saya, supaya kelak dia menjadi anak yang jujur, setia pada ucapannya, dan merasa aman berdiri tegak di dunia ini. Saya berusaha membangun kaki yang kuat menyangga seluruh tubuhnya, termasuk menyangga kepalanya. Apa artinya kecerdasan jika hidup dalam kebimbangan? Apa artinya kemampuan bersosialisasi jika tidak diiring rasa aman dan ketulusan?
Semua ini bisa dimiliki anak saya ketika dia merasa bahwa dia dicintai dan dihargai dengan tulus dan diberi teladan yang baik oleh orang terdekatnya.

Saya sudah melihat banyak contoh, orang dewasa yang membutuhkan berbagai defense mechanism (mekanisme pertahanan diri) alih-alih kejujuran dan kemampuan mempertahankan opini. Ini dikarenakan masa lalu mereka yang dipenuhi penolakan dari orang terdekat.

Yuk ibu-bapak (dan calon ibu-bapak) mari menerima anak dengan penerimaan seutuhnya tanpa syarat. Supaya mereka kelak dapat berdiri di kaki yang kokoh, memiliki akar yang kuat, dari keluarga terkasih.

Comments

Popular Posts