Skip to main content

Mengikuti Kompetisi Tingkat Dunia Untuk Pertama Kalinya


Mengikuti kompetisi sebetulnya bukan yang pertama bagi anak saya. Tapi, kompetisi yang pernah dia ikuti itu sudah bertahun-tahun yang lalu, sudah dia lupakan. Siang ini saya melihat suatu kesempatan untuk anak saya dalam mengembangkan kemampuannya untuk berada dalam suatu situasi yang menegangkan, situasi yang menuntutnya untuk tidak bersantai.

Selama ini kami memang longgar terhadap anak kami, kalau dia tidak mau berkompetisi ya kami tidak memaksanya. Karena tiap kompetisi yang ada di depan mata kami adalah kompetisi yang memerlukan kesiapan khusus, baik kesiapan keahlian maupun kesiapan mental. Sedangkan yang disodorkan kepada saya siang ini adalah kompetisi games! Online pula! Kurang apa coba.... ini adalah kompetisi yang sangat bisa dijalani oleh anak saya.

Saya tidak berniat membuat anak saya menang. Kemenangan bukanlah hal yang mutlak harus dicapai dalam tiap kompetisi (bagi saya). Tapi yang terpenting adalah : kompetisi itu harus bisa memperluas wawasan, menumbuhkan sikap mental yang tangguh namun tetap penuh kebaikan. Menang itu adalah BONUS.

Ya, dan akhirnya saya mendaftarkan anak saya dalam kompetisi ini. Dalam kompetisi games ini, tiap peserta bisa menjalani latihan dulu di websitenya, secara online dan berhadapan dengan lawan yang nyata pula. Latihan ini sangat diperlukan oleh anak saya. Saya tahu itu, sehingga saya mengajak dia untuk mengambil porsi latihan onlinenya.

Benar dugaan saya, bahwa secara mental anak saya belum siap berkompetisi. Dia panik menghadapi situasi latihan itu. Padahal yang dia hadapi hanyalah soal-soal yang mudah yang biasanya bisa dia pecahkan tanpa kesulitan sama sekali. Kepanikan itu sebetulnya tidak perlu ada, karena yang dia hadapi adalah hal yang dia hadapi sehari-hari. Kepanikan timbul karena tuntutan yang tinggi. Kami orang tuanya tidak menuntut dia sama sekali, mungkin dia yang menuntut dirinya sendiri, dan ini tidak boleh terjadi. Karena dia juga harus belajar berdamai dengan dirinya sendiri. Ini juga hal yang harus dipelajari anak saya.

Tapi ketidaksiapan ini tidak membuat saya mundur, saya malah bertekad akan melewati kompetisi ini sampai selesai. Hasil yang saya harapkan adalah terbukanya wawasan anak saya tentang kondisi anak-anak lain yang berkompetisi dengannya, juga terbentuknya sikap mental berkompetisi yang baik. 

Perjuangan masih panjang! Sebagai pendamping belajarnya, saya malah yang utama harus menyiapkan mental saya dan menjaga sikap saya supaya menjadi contoh dan arahan yang baik bagi anak saya. Karena kemenangan yang saya harap bisa dicapai anak adalah kemenangan yang bisa bertahan lama, yang bisa menjadi modalnya untuk melangkah menuju kompetisi lain yang lebih besar. Semoga saya bisa menjadi ibu, pendamping, guru, dan fasilitator yang baik bagi anak saya.

Comments

  1. Bersyukurlah Pandu memiliki pendamping spt dirimu Mar!

    ReplyDelete
  2. Tapi mungkin dia saat ini gak berpikiran kayak gitu. Keluar dr zona nyaman itu tidak menyenangkan. Tapi aku mau meyakinkan dia kalau kami, orang tuanya, masih menjadi sosok yg bisa diandalkan ketika dia merasakan ketidakamanan.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts