Skip to main content

Featured

Part 1 Caregiver Life: Indera Ke-6 Mamiku

Sekitar pertengahan Juli kami mendengar kabar yang kurang menyenangkan. Izinkan aku memulai cerita dari sehari sebelumnya, waktu itu mamiku bilang ke aku dengan wajah serius, "Nik, oma Ewet tuh kondisinya yak apa?" "Ya gitu deh, hasil lab masih belum keluar," jawabku. "Kenapa Oma?" aku tanya balik ke mami, karena merasa heran, tumben dia nanya kondisi besannya. "Tadi malam mami mimpi lihat oma Ewet di-make up cantik sekali, rambutnya pakai kayak bunga-bunga gitu. Trus ada keluarganya kumpul-kumpul semua, mami bantu jaga anak-anak kecil keluarganya oma Ewet," kata mami serius. "Wah, kita doakan aja semoga gak ada apa-apa," kataku mulai kawatir. "Iya," sahut mami, lalu kami pun melanjutkan kesibukan kami masing-masing. Mami tuh ibu kandungku, dia tinggal bersamaku. Dia termasuk orang dengan sixth sense. Sudah banyak firasat yang dia dapat itu terbukti benar. Dulu ketika aku hamil, dia tahu duluan sebelum aku kasi tahu, setelah d

My War

Walaupun ini serangan kedua, tetap saja membuatku merasa panik dan takut. Serangan pertama aku dapatkan ketika aku masih kuliah, sekitar 15 tahun yang lalu.

Tiba-tiba, ketika malam hari mau tidur, aku menemukan benjolan itu, di dada kanan bawah. Kaget juga, denial juga. Aku bawa pikiranku menolak kehadirannya. Kuanggap itu sebagai bagian dari tulang iga, lalu kuraba dada kiriku. Ternyata tidak sama, jadi bukan tulang kan....

Lalu kuanggap itu sebagai memar karena terantuk ketika bermain dengan anakku. Mustahil! Tidak mungkin memar seperti itu.

Aku lalu browsing dari hapeku, mencari informasi tentang "tumor dan kanker payudara". Aku menemukannya. Tanda-tandanya serem deh : selain benjolan, ada puting lepas, puting mengeluarkan cairan hingga darah, payudara berubah warna dan mengkerut seperti kulit jeruk... nah serem ya ternyata...

Beberapa bulan lalu, ketika mertua saya dirawat di rumah sakit karena tulang bahunya retak, saya melihat seorang ibu yang sekamar dengan mertua saya. Dia menderita kanker payudara. Kondisinya sangat menyedihkan. Tidak! Aku tidak mau menjalani kondisi itu! Aku harus bangkit dan menyatakan perang! Aku bukan perempuan lemah. Bahkan jika harus berakhir, bukan penyakit itu yang akan mengakhiriku. Tapi diriku sendiri dengan pilihan sadarku. Karena aku lebih kuat daripada penyakit itu! Genderang perang pun kutabuh.

Lagipula, belum pasti aku kanker! Aku baru menyadari bahwa aku takut sebelum berperang. Ketika sadar bahwa ini bisa jadi hanya tumor jinak yang bisa menghilang begitu saja, aku langsung kontak seorang teman baik yang adalah dokter umum. Dia menunjukkan cara pemeriksaan padaku. Dari pemeriksaan itu, aku mendapati bahwa ini adalah tumor jinak, karena benjolan itu ternyata bisa digerakkan. Kalau tidak bergerak itu artinya kanker karena kanker memiliki akar untuk menancapkan diri kuat-kuat. Semoga ini benar.

Comments

Popular Posts