Skip to main content

Featured

Part 1 Caregiver Life: Indera Ke-6 Mamiku

Sekitar pertengahan Juli kami mendengar kabar yang kurang menyenangkan. Izinkan aku memulai cerita dari sehari sebelumnya, waktu itu mamiku bilang ke aku dengan wajah serius, "Nik, oma Ewet tuh kondisinya yak apa?" "Ya gitu deh, hasil lab masih belum keluar," jawabku. "Kenapa Oma?" aku tanya balik ke mami, karena merasa heran, tumben dia nanya kondisi besannya. "Tadi malam mami mimpi lihat oma Ewet di-make up cantik sekali, rambutnya pakai kayak bunga-bunga gitu. Trus ada keluarganya kumpul-kumpul semua, mami bantu jaga anak-anak kecil keluarganya oma Ewet," kata mami serius. "Wah, kita doakan aja semoga gak ada apa-apa," kataku mulai kawatir. "Iya," sahut mami, lalu kami pun melanjutkan kesibukan kami masing-masing. Mami tuh ibu kandungku, dia tinggal bersamaku. Dia termasuk orang dengan sixth sense. Sudah banyak firasat yang dia dapat itu terbukti benar. Dulu ketika aku hamil, dia tahu duluan sebelum aku kasi tahu, setelah d

Tanggung Jawab Dan Komitmen Mendidik


Tetiba mendapatkan amanah! Tidak tanggung-tanggung: amanah membesarkan seorang anak. Itulah Yusuf, ayah duniawi bagi Yesus.

Jika suatu pernikahan telah direncanakan, lalu merencanakan pula memiliki anak, tentu tanggung jawab yang dipikul juga sudah direncanakan. Tapi tidak dengan Yusuf, dia memang sudah bertunangan dengan Maria, namun belum menikahinya. Dia secara patuh mengiyakan dan menyanggupi tanggung jawab mendidik dan membiayai hidup seorang anak yang bukan anak kandungnya. Bahkan lebih dari itu, dia mendidiknya dengan baik.

Kalau kita mendapat suatu tanggung jawab untuk mengadakan proyek besar dengan jangka waktu lama, apa yang kita perhitungkan dulu? Kesanggupan keuangan dan waktu kita, juga keuntungan yang kita dapat.

Itu kalau proyek yang pastinya ada profit. namun, bagaimana kalau itu adalah proyek non profit yang akan menguras tenaga dan emosi sepanjang hari? Ya itulah yang terjadi dalam mendidik dan mendampingi seorang anak. Ini proyek seumur hidup!

Tapi Yusuf menyanggupinya! ada kepatuhan dan komitmen untuk bertanggung jawab. kedua sifat ini sudah kehilangan penganut akhir-akhir ini dimasyarakat kita. Begitu mudahnya orang menghindari tanggung jawabnya. Begitu mudahnya orang kehilangan komitmen dalam mendidik anak. Padahal itu anak kandungnya sendiri.

Dengan kondisi ini, generasi lanjutan juga yang akan jadi korbannya. Padahal, ketika kita mendidik anak, kita sedang mempersiapkan sebuah generasi penjaga nilai-nilai moral. Dan ketika kita menghindarinya, maka yang terancam adalah moralitas generasi anak-anak kita. Apakah itu punya dampak langsung dalam kehidupan kita? Ya! kita akan menjalani masa tua penuh penyiksaan dan hati yg tersakiti oleh manusia generasi anak-anak kita. mengerikan! Padahal kebanyakan dari kita berharap menjalani masa tua penuh ketenangan.

Belajarlah dari Yusuf tentang tanggung jawab dan komitmennya dalam mendidik Yesus. Yesus bukanlah anak kandungnya. tapi Yusuf telah menjadi bapak yang penuh kasih dan tanggung jawab dalam mendidiknya. Mari!

Comments

Popular Posts