Search This Blog
Sebuah hidup diantara anak, suami, ibu, crafting, writing, cooking, home educating, dan travelling
Featured
- Get link
- X
- Other Apps
Labels
Menjawab Pertanyaan Anak Tentang LGBT
“Bunda, apa sih LGBT itu?”
“Kenapa kok banyak yang mau ngusir orang LGBT?”
“Bunda, kenapa orang-orang itu pakai baju pelangi-pelangi?”
“Oom itu katanya menikah dengan oom itu, siapa dong yang pakai rok pengantin panjang?”
Bunda, pernahkah dapat pertanyaan seperti itu dari anak setelah anak menonton televisi atau mengintip gadget bunda yang sedang menampilkan tentang LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender)? Bagaimana bunda menjawab pertanyaan-pertanyaan itu? Sudahkah bunda mempersiapkan diri untuk suatu keadaan dimana bunda tiba-tiba mendapat pertanyaan itu dari anak?
Jujur saja, kebanyakan orangtua gak siap menghadapi pertanyaan ini. Bahkan beberapa orangtua menganggap pertanyaan ini sebagai pertanyaan yang “ajaib”. Kalau mau lebih jujur lagi, sebenarnya pemikiran orangtua yang seperti inilah yang "ajaib". Ketika televisi, media sosial, koran, dan tetangga sibuk membicarakan LGBT, bagaimana mungkin anak tidak menanyakannya? Arus informasinya sudah begitu deras.
Jadi, apa yang harus dilakukan bunda jika anak tiba-tiba bertanya tentang LGBT?
Menghindari hal-hal yang secara otomatis kita lakukan, antara lain:
“Hah?? Tahu dari mana kamu?”
Terkejut! Apa yang terjadi jika anak melihat kita terkejut? Dia akan menganggap apa yang telah disampaikannya itu sebagai suatu hal yang lucu atau konyol, dan jika orangtua merespon seperti ini tanpa diikuti oleh penjelasan yang konkrit tentang LGBT, suatu saat dia akan mengulanginya pada orang lain, yaitu menyebutkannya pada orang lain. Apa akibatnya? Bisa jadi orang lain akan bereaksi yang tidak anda kehendaki, misalnya marah, atau memberi cap yang kurang baik pada anak anda.
“Yuk kita main games saja....”
Pengalihan isu! Ketika anak bertanya, mereka butuh jawaban. Jika kebutuhan mereka tak terpenuhi, apa yang terjadi? Tentu saja mereka akan berusaha memenuhi kebutuhannya dari pihak lain. Teman, atau apapun yang bisa jadi tempat mereka mendapat jawaban, misalnya internet. Bisa dibayangkan, kalau mereka mencari sendiri dan tersesat pada sumber informasi yang salah kan?
“..................................................”
Tenang……….. tapi bingung! Tidak tahu harus menjawab apa……..
Apa akibatnya? Anak akan merasa ada yang salah dengan pertanyaannya, atau dia melakukan perbuatan yang salah dengan mengajukan pertanyaan itu. Selanjutnya, kemungkinan dia akan ragu-ragu untuk bertanya. Tentu orangtua ingin anak bisa berkomunikasi dengan lancar dan tanpa keraguan dengan orangtua, jika demikian hindarilah respon ini.
Bagaimana sikap orangtua yang sebaiknya?
Anak akan menilai reaksi orangtua terhadap mereka melalui sikap dan perkataan. Ini perlunya kita melatih sikap dan perkataan supaya bisa menghasilkan komunikasi yang efektif dengan anak.
Tunjukkan bahwa anda sangat menghargai pertanyaan anak
“Itu pertanyaan yang bagus sekali! Duduk yuk, bunda usahakan menjawab pertanyaanmu.” Ini akan membuat anak merasa diterima, dan tidak ragu dalam mengajukan pertanyaan lagi, dengan begitu anak dan orangtua akan memiliki pola komunikasi yang baik. Dengan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak, akan melancarkan transfer nilai-nilai kebaikan pula pada anak.
Jangan tunda menjawab pertanyaan anak
Bisa langsung memberikan jawaban yang tepat bagi anak adalah baik, namun jika anda masih belum bisa memberikan jawaban, katakan yang sejujurnya pada anak dan minta waktu untuk mencari jawabannya. Pastikan anda sudah menemukan jawaban sesuai waktu yang disetujui bersama. Karena anak akan menunggu, dan jika dia tidak mendapat jawaban dari anda, dia akan mencari jawaban dari orang lain. Oleh karena itu, perlu bagi orangtua untuk membekali diri dengan banyak pengetahuan.
Jawablah sesuai dengan kondisi kognitif anak
Jangan gunakan kosakata yang belum mereka pahami, bahaslah dengan sistematis, urut, mulai dari kondisi yang paling mudah dipahami, hingga ke kondisi yang paling sulit dipahami anak. Hindari sistematika penjelasan yang loncat-loncat supaya anak tidak bingung.
Jawablah dengan sederhana
Misalnya: Gay itu adalah seorang laki-laki yang suka dengan laki-laki. Sebelum melangkah ke tahap penjelasan yang berikutnya, yakinkan anak paham pada penjelasan anda.
Pahami dulu pertanyaan anak
Misalnya ketika anak mengatakan: “Kata Bim, ibunya Lia itu lesbian Bun! Lesbian itu apa sih Bun?” Ada baiknya jika anda menanyakan terlebih dahulu: “Apa kamu tahu mengapa si Bim mengatakan begitu?” atau “Mengapa kamu ingin tahu tentang itu?” dengan menanyakan ini, anda akan tahu latar belakang pertanyaan anak. Bisa jadi anak hanya ikut-ikutan pembicaraan teman tanpa punya kebutuhan untuk mengetahui yang sebenarnya, bisa jadi juga anak benar-benar ingin tahu.
Hindari mengarahkan anak untuk menjadi pembenci
Meskipun anda memiliki preferensi keberpihakan, baik pro maupun kontra pada LGBT, hindari memengaruhi anak untuk membenci atau menyukai salah satu pihak. Namun, berikan informasi yang jelas, sehingga memudahkan anak dalam menentukan sikap. Penjelasan yang masuk dalam nalar anak tentang mengapa boleh atau mengapa tidak boleh akan menjadi awal bagi terbentuknya pertimbangan sikap yang tepat tanpa orangtua perlu memaksakan atau menakut-nakuti.
Tetap ajarkan anak tentang saling menghargai
Setiap orang berhak atas perlakuan yang respek. Meskipun anda tidak menyetujui LGBT, itu bukan berarti anda berhak memperlakukan para LGBT dengan sikap yang tidak menghargai mereka. Begitu juga sebaliknya jika anda pro LGBT, hindari mengajarkan anak untuk berlaku tidak baik pada yang kontra LGBT. Mengajarkan anak untuk saling menghargai akan membuat hidup mereka lebih menyenangkan, tidak dipenuhi kebencian dan ketakutan, dan lebih sesuai dengan ajaran kasih dari Tuhan.
Siap menghadapi anak? Orangtua kudu siap mendampingi anak melewati masa perkembangannya dengan baik.
“Kenapa kok banyak yang mau ngusir orang LGBT?”
“Bunda, kenapa orang-orang itu pakai baju pelangi-pelangi?”
“Oom itu katanya menikah dengan oom itu, siapa dong yang pakai rok pengantin panjang?”
Jujur saja, kebanyakan orangtua gak siap menghadapi pertanyaan ini. Bahkan beberapa orangtua menganggap pertanyaan ini sebagai pertanyaan yang “ajaib”. Kalau mau lebih jujur lagi, sebenarnya pemikiran orangtua yang seperti inilah yang "ajaib". Ketika televisi, media sosial, koran, dan tetangga sibuk membicarakan LGBT, bagaimana mungkin anak tidak menanyakannya? Arus informasinya sudah begitu deras.
Jadi, apa yang harus dilakukan bunda jika anak tiba-tiba bertanya tentang LGBT?
Menghindari hal-hal yang secara otomatis kita lakukan, antara lain:
“Hah?? Tahu dari mana kamu?”
Terkejut! Apa yang terjadi jika anak melihat kita terkejut? Dia akan menganggap apa yang telah disampaikannya itu sebagai suatu hal yang lucu atau konyol, dan jika orangtua merespon seperti ini tanpa diikuti oleh penjelasan yang konkrit tentang LGBT, suatu saat dia akan mengulanginya pada orang lain, yaitu menyebutkannya pada orang lain. Apa akibatnya? Bisa jadi orang lain akan bereaksi yang tidak anda kehendaki, misalnya marah, atau memberi cap yang kurang baik pada anak anda.
“Yuk kita main games saja....”
Pengalihan isu! Ketika anak bertanya, mereka butuh jawaban. Jika kebutuhan mereka tak terpenuhi, apa yang terjadi? Tentu saja mereka akan berusaha memenuhi kebutuhannya dari pihak lain. Teman, atau apapun yang bisa jadi tempat mereka mendapat jawaban, misalnya internet. Bisa dibayangkan, kalau mereka mencari sendiri dan tersesat pada sumber informasi yang salah kan?
“..................................................”
Tenang……….. tapi bingung! Tidak tahu harus menjawab apa……..
Apa akibatnya? Anak akan merasa ada yang salah dengan pertanyaannya, atau dia melakukan perbuatan yang salah dengan mengajukan pertanyaan itu. Selanjutnya, kemungkinan dia akan ragu-ragu untuk bertanya. Tentu orangtua ingin anak bisa berkomunikasi dengan lancar dan tanpa keraguan dengan orangtua, jika demikian hindarilah respon ini.
Bagaimana sikap orangtua yang sebaiknya?
Anak akan menilai reaksi orangtua terhadap mereka melalui sikap dan perkataan. Ini perlunya kita melatih sikap dan perkataan supaya bisa menghasilkan komunikasi yang efektif dengan anak.
Tunjukkan bahwa anda sangat menghargai pertanyaan anak
“Itu pertanyaan yang bagus sekali! Duduk yuk, bunda usahakan menjawab pertanyaanmu.” Ini akan membuat anak merasa diterima, dan tidak ragu dalam mengajukan pertanyaan lagi, dengan begitu anak dan orangtua akan memiliki pola komunikasi yang baik. Dengan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak, akan melancarkan transfer nilai-nilai kebaikan pula pada anak.
Jangan tunda menjawab pertanyaan anak
Bisa langsung memberikan jawaban yang tepat bagi anak adalah baik, namun jika anda masih belum bisa memberikan jawaban, katakan yang sejujurnya pada anak dan minta waktu untuk mencari jawabannya. Pastikan anda sudah menemukan jawaban sesuai waktu yang disetujui bersama. Karena anak akan menunggu, dan jika dia tidak mendapat jawaban dari anda, dia akan mencari jawaban dari orang lain. Oleh karena itu, perlu bagi orangtua untuk membekali diri dengan banyak pengetahuan.
Jawablah sesuai dengan kondisi kognitif anak
Jangan gunakan kosakata yang belum mereka pahami, bahaslah dengan sistematis, urut, mulai dari kondisi yang paling mudah dipahami, hingga ke kondisi yang paling sulit dipahami anak. Hindari sistematika penjelasan yang loncat-loncat supaya anak tidak bingung.
Jawablah dengan sederhana
Misalnya: Gay itu adalah seorang laki-laki yang suka dengan laki-laki. Sebelum melangkah ke tahap penjelasan yang berikutnya, yakinkan anak paham pada penjelasan anda.
Pahami dulu pertanyaan anak
Misalnya ketika anak mengatakan: “Kata Bim, ibunya Lia itu lesbian Bun! Lesbian itu apa sih Bun?” Ada baiknya jika anda menanyakan terlebih dahulu: “Apa kamu tahu mengapa si Bim mengatakan begitu?” atau “Mengapa kamu ingin tahu tentang itu?” dengan menanyakan ini, anda akan tahu latar belakang pertanyaan anak. Bisa jadi anak hanya ikut-ikutan pembicaraan teman tanpa punya kebutuhan untuk mengetahui yang sebenarnya, bisa jadi juga anak benar-benar ingin tahu.
Hindari mengarahkan anak untuk menjadi pembenci
Meskipun anda memiliki preferensi keberpihakan, baik pro maupun kontra pada LGBT, hindari memengaruhi anak untuk membenci atau menyukai salah satu pihak. Namun, berikan informasi yang jelas, sehingga memudahkan anak dalam menentukan sikap. Penjelasan yang masuk dalam nalar anak tentang mengapa boleh atau mengapa tidak boleh akan menjadi awal bagi terbentuknya pertimbangan sikap yang tepat tanpa orangtua perlu memaksakan atau menakut-nakuti.
Tetap ajarkan anak tentang saling menghargai
Setiap orang berhak atas perlakuan yang respek. Meskipun anda tidak menyetujui LGBT, itu bukan berarti anda berhak memperlakukan para LGBT dengan sikap yang tidak menghargai mereka. Begitu juga sebaliknya jika anda pro LGBT, hindari mengajarkan anak untuk berlaku tidak baik pada yang kontra LGBT. Mengajarkan anak untuk saling menghargai akan membuat hidup mereka lebih menyenangkan, tidak dipenuhi kebencian dan ketakutan, dan lebih sesuai dengan ajaran kasih dari Tuhan.
Siap menghadapi anak? Orangtua kudu siap mendampingi anak melewati masa perkembangannya dengan baik.
Comments
Aku setuju jika kita harus respek ke semua orang. Tapi sebagai orang tua yang lebih tau dari anaknya, tau mana yg benar/dan mana yg salah..kita harus bisa menjelaskan bahwa lgbt adalah sikap yang salah dan dosa. Orang tua itu benteng pertama yang diharapkan bisa menuntun anak ke jalan yg benar. Lgbt bukan pilihan hidup, jadi jgn pernah memilih itu. Sebagai seseorang yang memilih agama tertentu sebagai gaya hidup, mau nggak mau pilihan tindakan & sikap kita harus mengacu pada agama yg kita anut.
ReplyDeleteThx u atas sharingnya yg bermanfaat
ReplyDelete