Skip to main content

Part 1 Caregiver Life: Indera Ke-6 Mamiku

Sekitar pertengahan Juli kami mendengar kabar yang kurang menyenangkan. Izinkan aku memulai cerita dari sehari sebelumnya, waktu itu mamiku bilang ke aku dengan wajah serius, "Nik, oma Ewet tuh kondisinya yak apa?" "Ya gitu deh, hasil lab masih belum keluar," jawabku. "Kenapa Oma?" aku tanya balik ke mami, karena merasa heran, tumben dia nanya kondisi besannya.

"Tadi malam mami mimpi lihat oma Ewet di-make up cantik sekali, rambutnya pakai kayak bunga-bunga gitu. Trus ada keluarganya kumpul-kumpul semua, mami bantu jaga anak-anak kecil keluarganya oma Ewet," kata mami serius.

"Wah, kita doakan aja semoga gak ada apa-apa," kataku mulai kawatir.

"Iya," sahut mami, lalu kami pun melanjutkan kesibukan kami masing-masing.

Mami tuh ibu kandungku, dia tinggal bersamaku. Dia termasuk orang dengan sixth sense. Sudah banyak firasat yang dia dapat itu terbukti benar. Dulu ketika aku hamil, dia tahu duluan sebelum aku kasi tahu, setelah dia mimpi menggendong ayam jago. Gitu juga dengan anak kakakku, dia bilang mimpi menggendong burung. 

Lalu ketika aku akan kena Covid (waktu itu varian Delta, wabah bulan Juni - Agustus 2021) dia juga mendapat firasat aneh, tapi bukan mimpi. Dia melihat ada empat perempuan cantik masuk dari balkon kami sambil tertawa-tawa jalan menuju kamar aku dan suami, lalu ketika mereka sadar kalau mami melihat mereka sambil berdoa (mami sudah tahu mereka akan bawa nasib buruk pada kami), mereka berhenti dan berbalik keluar. Besoknya suamiku dinyatakan Covid, dan dua hari kemudian aku menyusul positif juga. Namun puji Tuhan dua minggu berjuang, kami berdua sembuh. Mungkin jika mami tidak melihat empat perempuan itu lalu berdoa, kami mungkin tidak selamat. 

Kali ini juga begitu, besoknya sejak mami menanyakan tentang oma Ewet (mertuaku), kami mendapat kabar bahwa oma Ewet terkena kanker ganas. Diagnosa ini didapat setelah dilakukan pembedahan akibat tumor di gusinya. Aku dan suami langsung atur rencana untuk memboyong mertua ke rumah kami sesegera mungkin untuk mendapat perawatan di Jakarta karena bagaimana pun, Jakarta memiliki beberapa rumah sakit yang adalah cancer center se-Indonesia dengan alat-alat yang canggih.

Singkat kata, tanggal 13 Agustus kami menjemput mertua di Bandara Soekarno Hatta, puji Tuhan beliau masih bisa melakukan penerbangan ke Jakarta dengan bantuan kursi roda dan tercatat dengan disabilitas. Walau begitu dibutuhkan waktu dua hari buat dia untuk full beristirahat tidur saja di rumah kami, bangun hanya untuk makan dan mandi. Dia sangat lelah dan lemas setelah perjalanan itu. 

Nah, inilah mulainya petualangan kami sebagai caregiver buat oma yang kena kanker. BPJS baru bisa digunakan tanggal 1 September, sehingga kami baru akan beraksi mengobati kankernya pada tanggal itu. Untuk saat ini, kami hanya akan melakukan perawatan paliatif untuk memperkuat fisik dan psikisnya. 


(Bersambung)

Comments

Popular Posts